Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Jumat, 07 November 2014

HIMABA RI KAMPANYEKAN ANTI NARKOBA MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN BERBASIS AL-QURAN

Sebuah terobosan baru dalam rangka penyuluhan dan memberikan penyadaran pada masyarakat luas menyangkut pengaruh negatif dari penggunaan obat-obatan yang masuk dalam katagori Narkoba. Bertempat di Universitas Nasional, salah satu universitas swasta nasional yang consern dalam program anti narkoba dengan slogan UNIVERSITAS YANG BERSIH DARI PENGARUH NARKOBA.
 
Acaranya sendiri berlangsung pada Hari Sabtu, 01 Nopember 2014 dari pukul 09.00 s/d 13.30 wib dengan dihadiri oleh beberapa narasumber sebagai penyampai materi yang terdiri dari : Windu Priyo Wibowo,SE, Ketua Umum HIMABA RI, Sutrisno Direktur Marketing PT. Nur Cahaya Utama Tour & Travel, A.Taufik, Pembina Yayasan Indonesia Tanpa Riba, Dr.H. Robi Nurhadi,M.Si Direktur P3M Universitas Nasional ( UNAS ) serta dihadiri oleh beberapa kalangan dari mulai pengusaha, profesional pekerja kantor, generasi muda dan ibu rumah tangga.
 

Cukup menarik acara yang dikemas dalam sebuah diskusi ringan namun mampu memberikan added value lain dalam upaya kita menyelamatkan generasi muda dari pengaruh negarif obat-obatan terlarang yang masuk katagori NARKOBA. Sebuah kolaborasi bagus yang dilakukan antara ke-3 komponen penting dalam masyarakat yaitu : HIMABA RI selaku ( Himpunan Masyarakat Anti Narkoba Republik Indonesia), Universitas Nasional ( selaku Lembaga Pendidik yang akan mencetak generasi muda bangsa yang anti terhadap pengaruh obat-obatan terlarang ) serta salah satu komponen pebisnis nasional yang secara langsung menjadi satu mata rantai kuat bahwa pencegahan, pemulihan dan aktualisasi diri bagi mereka yang terkena pengaruh negatif NARKOBA adalah tugas kita bersama. Dimana dalam kesempatan kali itupun di hadiri oleh pengurus Yayasan Minang Peduli, sebuah lembaga yang concern dalam upayanya mencegah terjadinya kemerosotan mental generasi muda yang ada di Sumatera Barat yaitu Generasi Minang.
 

Yang menarik dari kegiatan ini adalah sebuah terobosan yang dilakukan oleh HIMABA RI dalam upayanya melakukan pencegahan dan pemulihan terhadap masyarakat dari pengaruh negatif terhadap NARKOBA. Karena dalam kegiatan ini kita sebagai peserta mendapat pemahaman baru dalam upaya melindungi diri kita, keluarga dan orang-orang terdekat kita dari pengaruh negatif NARKOBA. Dimana pendekatan yang dilakukan adalah dengan melalui apa yang dinamakan Metode Aktualisasi Diri Berdasarkan Al-Qur’an. Dalam penjelasan yang di sampaikan oleh Humas dari HIMABA RI, Sutrisno...bahwa dengan kita menyadari dan memahami hakekat diri dengan acuan yang dalam Al-Qur’an maka kita menjadi pribadi yang tahu bagaimana kita bersikap dan bersosialisasi dengan masyarakat diluar lingkungan rumah.
 

Sehingga dengan kita mengenal diri sendiri sesuai dengan metode “ Pengenalan Diri dalam konteks Psikologi Manusia dalam Juz Al-Qur’an kita akan menjadi pribadi yang lebih tahu bagaimana kita mengembangkan diri kita sebagai seorang manusia yang memiliki kodrad sebagai mahluk sosial yang butuh sosialisasi dan aktualisasi diri. Sehingga apa yang akan kita kerjakan menjadi lebih terarah dan pastinya akan jauh dari pengaruh NARKOBA karena didalam Al Qur’an sendiri tersirat bahwa NARKOBA adalah barang terlarang yang lebih banyak madharatnya daripada manfaatnya.

Kamis, 09 Oktober 2014

Rahasia Angka 19 dalam Al-Quran

Rahasia Angka 19 Dalam Al-Quran

Setiap muslim pasti meyakini kebenaran Al-Quran sebagai kitab suci yang tidak ada keraguan sedikitpun, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Namun kemukjizatan Al-Quran tidak hanya dibuktikan lewat kesempurnaan kandungan, keindahan bahasa, ataupun kebenaran ilmiah yang sering mengejutkan para ahli.

Suatu kode matematik yang terkandung di dalamnya misalnya, tak terungkap selama berabad-abad lamanya sampai seorang sarjana dari Mesir bernama Rashad Khalifa berhasil menyingkap tabir kerahasiaan tersebut. Hasil penelitiannya yang dilakukan selama bertahun-tahun dengan bantuan komputer ternyata sangat mencengangkan. Betapa tidak, ternyata didapati bukti-bukti surat-surat atau ayat-ayat dalam Al-Quran serba berkelipatan angka 19.

Penemuannya tersebut berkat penafsirannya pada Al-Quran surat Al-Muddatstsir ayat: 30-31, yang artinya:

"Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga). Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat, dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-oramg yang diberi Al-Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai perumpamaan?" Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Rabbmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia." (Qs. Al-Muddatstsir: 30-31)

Hasil penemuannya yang sangat mengejutkan ini pada tahun 1976 telah didemonstrasikan di depan umum ketika diselenggarakan Pameran Islam Sedunia di London. Berikut cuplikan dari sebagian penemuannya tersebut:

1. Setiap surat di dalam Al-Quran dibuka dengan bacaan basmalah yangg berbunyi: "Bismillahirrahmaanirrahiim." Dalam aksara Arab, jumlah huruf di dalam bacaan basmalah itu terdiri dari 19 huruf (19 = 1 x 19). Sembilan belas huruf itu adalah ba, sin, mim, alif, lam, lam, ha, alif, lam, ro, ha, mim, nun, alif, lam, ro, ha, ya, mim.


2. Kalimat basmalah terdiri dari empat kelompok kata: ism, Allah, ar-rahmaan, dan ar-rahiim. Marilah kita rinci satu persatu:
  • kata ismu yang artinya "nama" disebutkan 19 kali di dalam seluruh ayat Al-Quran (19 = 1 x 19).
  • kata Allah di dalam Al-Quran disebutkan sebanyak 2698 kali (2698 = 142 x 19).
  • kata ar-rahmaan yang artinya "Maha Pengasih" disebutkan di dalam Al-Quran sebanyak 57 kali (57 = 3 x 19).
  • kata ar-rahiim yang artinya "Maha Penyayang" disebutkan di dalam Al-Quran sebanyak 114 kali (114 = 6 x 19)
3. Kalimat basmalah di dalam Al-Quran disebutkan 114 kali (114 = 6 x 19). Surat ke-9 tidak dimulai dengan basmalah. Surat ke-27 memakai basmalah 2 kali (yaitu pada pembuka dan pada ayat 30).

4. Jumlah surat di dalam Al-Quran seluruhnya 114 surat (114 = 6 x 19).

5. Wahyu pertama turun 19 kata (19 = 1 x 19). Wahyu pertama terdapat pada surat nomor 96 (Al-'Alaq) ayat 1 sampai 5.

6. Wahyu kedua turun 38 kata (38 = 2 x 19). Wahyu kedua terdapat pada surat ke-68 ayat 1 sampai 9.

7. Wahyu ketiga turun 57 kata (57 = 3 x 19). Wahyu ketiga terdapat pada surat ke-73 ayat 1 sampai 10.

8. Wahyu terakhir turun 19 kata (19 = 1 x 19). Wahyu terakhir terdapat pada surat ke-110 ayat 1 sampai 3.

9. Surat 96 adalah tempat wahyu pertama. Ternyata surat ini hanya terdiri 19 ayat saja.

10. Surat 96 sebagai tempat wahyu pertama berada pada bilangan ke-19 dari 114 surat jika dihitung dari belakang, yaitu 114, 113, 112, ...., 98, 97, 96.

11. Wahyu pertama pada surat 96 itu turun sebanyak 5 ayat (ayat 1 sampai 5). Jumlah huruf di dalam 5 ayat itu adalah 76 buah (76 = 4 x 19).

12. Surat 96 itu seluruhnya terdiri dari 285 huruf (285 = 15 x 19).

13. Pertengahan Al-Quran terletak pada ayat 19 dari surat 18, (19 = 1 x 19).

14. Terdapat 29 surat yang dimulai dengan kata yang terdiri dari huruf tunggal seperti Nun, Qof, Shod, maupun kata yang terdiri dari 2, 3, 4, dan 5 huruf seperti "Alif Lam Mim", "Alif Lam Ro", Kaf Ha Ya, 'Ain, Shod". Kata-kata tersebut secara harafiah tidak mempunyai makna, namun Allah lah yang tahu apa maksudnya. Marilah kita rinci sebagai berikut:

a) Surat ke-2 dimulai dengan "Alif Lam Mim". Jumlah huruf alif + lam + mim di dalam surat ke-2 itu adalah 4502 + 3202 +2195 = 9899 = 521 x 19.

b) Surat ke-3 juga dimulai dengan "Alif Lam Mim". Jumlah huruf alif + lam + mim di dalam surat ke-3 adalah 2521 + 1892 + 1249 = 5662 = 289 x 19.

c) Surat ke-7 dimulai dengan "Alif Lam Mim Shod". Jumlah huruf alim + lam +mim + shod di dalam surat ke-7 itu adalah 2529 + 1530 + 97 = 5320 = 280 x 19.

d) Surat ke-13 dimulai dengan "Alif Lam Mim Ro". jumlah huruf alif + lam + mim + ro di dalam surat ke-13 adalah 605 + 480 + 260 + 137 = 1482 = 72 x 19.

e) Surat ke-19 dimulai dengan "Kaf Ha Ya 'Ain Shod". Jumlah huruf kaf + ha + ya + 'ain + shod di dalam surat ke-19 itu adalah 137 + 175 + 343 + 117 + 26 = 798 = 42 x 19.

f) Surat ke-36 dimulai dengan "Yaa Sin". jumlah huruf ya + sin di dalam surat ke-36 itu sebanyak 237 + 48 = 285 = 15 x 19.

g) Surat ke-50 dimulai dengan "Qof". Jumlah huruf qof di dalam surat 50 adalah 57 (57 = 3 x 19).

h) Surat ke-68 dimulai dengan "Nun". Jumlah huruf nun di dalam surat 68 adalah 133 (133 = 7 x 19).

i) Tujuh surat dibuka dengan "Haa Mim", yaitu surat 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46. Jumlah huruf ha + mim di dalam tujuh surat itu dalah 2147 (2147 = 113 x 19), dengan rincian:
  • Surat 40, jumlah huruf ha + mim = 64 + 380 = 444
  • Surat 41, jumlah huruf ha + mim = 48 + 276 = 324
  • Surat 42, jumlah huruf ha + mim = 53 + 300 = 353
  • Surat 43, jumlah huruf ha + mim = 44 + 324 = 368
  • Surat 44, jumlah huruf ha + mim = 16 + 150 = 166
  • Surat 45, jumlah huruf ha + mim = 31 + 200 = 231
  • Surat 46, jumlah huruf ha + mim = 36 + 225 = 261
  • Total = 444 + 324 + 353 + 368 + 166 + 231 + 261 = 113 x 19

j) Ada enam buah surat yang dibuka dengan "Alif Lam Mim". Jumlah huruf alif + lam + mim pada enam buah surat tersebut adalah 19874 buah (19874 = 1046 x 19), dengan rincian:
  • Surat 2, jumlah huruf alif + lam + mim = 4502 + 3202 + 2195 = 9899 = 521 x 19
  • Surat 3, jumlah huruf alif + lam + mim = 2521 + 1892 + 1249 = 5662 = 298 x 19
  • Surat 29, jumlah huruf alif + lam + mim = 774 + 554 + 344 = 1672 = 88 x 19
  • Surat 30, jumlah huruf alif + lam + mim = 554 + 393 + 317 = 1254 = 66 x 19
  • Surat 31, jumlah huruf alif + lam + mim = 347 + 297 + 173 = 817 = 43 x 19
  • Surat 32, jumlah huruf alif + lam + mim = 257 + 155 +158 = 570 = 30 x 19
  • Total = 9899 + 5662 + 1672 + 1254 + 817 + 570 = 19874 = 1046 x 19

k) Semua surat yang dimulai dengan "Alif Lam Ro", jumlah huruf alif + lam + ro = 9462 = 498 x 19 dengan rincian sebagai berikut:
  • Surat 10, jumlah huruf alif + lam + ro = 1319 + 913 + 257 = 2489 = 131 x 19
  • Surat 11, jumlah huruf alif + lam + ro = 1370 + 794 + 325 = 2489 = 131 x 19
  • Surat 12, jumlah huruf alif + lam + ro = 1306 + 812 + 257 = 2375 = 125 x 19
  • Surat 14, jumlah huruf alif + lam + ro = 585 + 452 + 160 = 1197 = 63 x 19
  • Surat 15, jumlah huruf alif + lam + ro = 493 + 323 + 96 = 912 = 48 x 19
  • Total = 2489 + 2489 + 2375 + 1197 + 912 = 9462 = 498 x 19

Dari paparan angka-angka di atas, dapatkah kita menyatakan bahwa Al-Quran itu diturunkan secara cermat dalam modulo 19 atau kelipatan 19? Semua angka tersebut tampak seperti deretan bilangan acak (random), namun setelah diteliti merupakan kelipatan angka 19.

Subhanallah! Allahu Akbar! fenomena angka 19 ini membuktikan bahwa Al-Quran bukanlah buatan manusia, tetapi ia benar-benar berasal dari Allah swt. Fenomena 19 bukan pula suatu kebetulan atau mengada-ada, tetapi sebagai bukti kebenaran Al-Quran itu sendiri.

Ayat-ayat Al-Quran tidak pernah berubah dari dulu hingga sekarang, huruf demi huruf, karena Allah selalu menjaga keasliannya, seperti yang difirmankan dalam dua ayat berikut:

"Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) dengan benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (Qs. Al-An'am ayat 115)

"Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya Kami memeliharanya". (Qs. Al-Hijr ayat 9).

Maha Benar Allah yang maha Agung.   


--------------------------------------------------------------------------------------------------------
PARIWARA: 

Jumat, 27 Juni 2014

Jangan Sampai Jiwa Menguap, Lalu Tubuh pun Mengering dan Rapuh.

Inilah gunanya menulis, mengikat pemikiran  yang telah dirangsang oleh berbagai sumber informasi. Di kemudian hari, barangkali kita akan membutuhkannya. Pemikiran ibarat buruan. Jika telah tertangkap namun tidak segera diikat, ia akan kabur seketika, lenyap. “Ilmu itu bagaikan binatang buruan, sedangkan pena adalah pengikatnya. Maka ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Alangkah bodohnya jika kamu mendapatkan kijang (binatang buruan) namun kamu tidak mengikatnya hingga akhirnya binatang buruan itu lepas di tengah-tengah manusia.” Demikian Petuah Imam Syafi’i.

Manusia dinilai dari pemikirannya. Jika pemikirannya telah lenyap, maka di manakah manusia itu berada? Mungkin ia pernah ada, kemudian lenyap entah kemana. Jejak-jejak pemikirannya telah berhenti di suatu tempat. Mulai tahun 2013 sampai pertengahan tahun ini, keberadaan saya pun mulai terseok-seok. Perlahan-lahan menguap. Sebelum tubuh ini mengering dan rapuh karena jiwa perlahan menguap, saya coba kembali ada dan mengada, dengan kembali menulis di blog ini untuk mengikat jejak-jejak pemikiran saya. Adanya blog ini tidak membuat saya repot-repot memberikan pengakuan bahwa saya ada, silakan baca-baca saja sendiri, silakan menapaki jejak-jejak yang saya tinggalkan.

Menulis merupakan upaya identifikasi diri. Untuk melanjutkan identifikasi diri, saya pun harus kembali membaca tulisan saya yang pernah ada di sini. Dan saya menemukan ini, satu pertanyaan dan satu tanggapan di kolom komentar yang belum saya jawab.


selengkapnya dapat dilihat di sini

Tanggapan merupakan reaksi akibat penerimaan stimulus, dimana stimulus adalah berita, pengetahuan, informasi, sebelum diproses atau diterima oleh indranya. Tanggapan atas tulisan saya bisa saja berbeda-beda antara satu orang dengan lainnya tergantung dari stimulus yang diterimanya. Apapun tanggapan orang yang ditujukan kepada kita, baiknya diterima saja. Tanggapan positive atau negative dapat digunakan untuk perbaikan kedepan.   

Yang perlu saya tanggapi adalah pertanyaan, karena itu merupakan salah satu kebutuhan manusiawi yang wajib dipenuhi. Dalam hal ini saya perlu meminta maaf, karena lama sekali baru bisa menjawab. Baru hari ini saya mengetahui ada kebutuhan yang ditujukan kepada saya, kebutuhan yang harus dipenuhi. Mengapa harus?

Memang tidak semua pertanyaan harus dijawab. Pertanyaan retoris tidak memerlukan jawaban. Karena jawaban atau maksud si penanya sudah terkandung dalam pertanyaan tersebut. Sedangkan pertanyaan ini memerlukan jawaban. Pertanyaan yang muncul akibat buah pemikiran yang saya petik dan saya sajikan dalam sebuah tulisan. Begini pertanyaannya:

Klo semua khalifah, rakyatnya siapa dong?

Kembali ke pernyataan, manusia dinilai dari pemikirannya. Nah, pertanyaan merupakan bagian dari proses sebuah pemikiran. Jika pertanyaan itu diabaikan, maka pemikiran pun berhenti berproses. Lalu bagaimana manusia bisa dinilai, sementara nafas masih di kandung badan?

Sepanjang hidupnya, manusia terus berkembang. Maka, penilaian atas seseorang tidak boleh berhenti, sampai batas yang ditentukan Tuhan, yaitu ajal. Untuk itu, kebutuhan bertanya dan menjawab harus diberikan ruang pemenuhan sebesar-besarnya.

Bagi saya, pertanyaan itu memaksa saya untuk terus berproses merumuskan diri, memberikan motivasi, memberikan arah perumusan diri, mendiagnosa hasil rumusan sementara, membantu saya melihat sejauh mana proses ini berjalan, memberikan evaluasi karena bisa jadi saya telah salah arah. Karena itu, saya perlu menjawabnya, dan jawabannya nanti pada tulisan berikutnya.

Minggu, 15 Juni 2014

Delapan Sikap Siapkan Diri Menyambut Ramadhan

Oleh: Muhammad Yusran Hadi, Lc, MA

Tak terasa kita telah memasuki bulan Sya'ban. Sebentar lagi kita akan kedatangan bulan Ramadhan. Setelah sekian lama berpisah, kini Ramadhan kembali akan hadir di tengah-tengah kita. bagi seorang muslim, tentu kedatangan bulan Ramadhan akan disambut dengan rasa gembira dan penuh syukur, karena Ramadhan merupakan bulan maghfirah, rahmat dan menuai pahala serta sarana menjadi orang yang muttaqin.

Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita melakukan persiapan diri untuk menyambut kedatangan bulan Ramadhan, agar Ramadhan kali ini benar-benar memiliki nilai yang tinggi dan dapat mengantarkan kita menjadi orang yang bertaqwa.

Tentu saja persiapan diri yang dimaksud di sini bukanlah dengan memborong berbagai macam makanan dan minuman lezat di pasar untuk persiapan makan sahur dan balas dendam ketika berbuka puasa. Juga bukan dengan mengikuti berbagai program acara telivisi yang lebih banyak merusak dan melalaikan manusia dari mengingat Allah Subhanu Wata'ala dari pada manfaat yang diharapkan, itupun kalau ada manfaatnya. Bukan pula pergi ke pantai menjelang Ramadhan untuk rekreasi, makan-makan dan bermain-main.

Jadi, bagaimana sebenarnya cara kita menyambut Ramadhan? Apa yang mesti kita persiapkan dalam hal ini? Maka tulisan ini mencoba memberi jawaban dari pertanyaan tersebut. Menurut penulis, banyak hal yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan menyambut kedatangan Ramadhan, yaitu:

Pertama, berdoa kepada Allah Subhanahu Wata'ala, sebagaimana yang dicontohkan para ulama salafusshalih. Mereka berdoa kepada Allah Subhanu Wata'ala dengan sungguh-sungguh agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan sejak enam bulan sebelumnya dan selama enam bulan berikutnya mereka berdoa agar puasanya diterima Allah Subhanahu Wata'ala, karena berjumpa dengan bulan ini merupakan nikmat yang besar bagi orang-orang yang yang dianugerahi taufik oleh Allah Subhanu Wata'ala. Mu'alla bin al-Fadhl berkata, "Dulunya para salaf berdoa kepada Allah Ta'ala (selama) senam bulan agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan ramadhan, kemudian mereka berdoa kepada-Nya (selama) enam bulan berikutnya agar Dia menerima (amal-amal shaleh) yang mereka kerjakan" (Lathaif Al-Ma'arif: 174).

Di antara doa mereka itu adalah: "Ya Allah, serahkanlah aku kepada Ramadhan dan serahkan Ramadhan kepadaku dan Engkau menerimanya kepadaku dengan kerelaan". Dan doa yang populer: "Ya Allah, berkatilah kami di bulan Rajab dan Sya;ban, serta sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan."

Kedua, menuntaskan puasa tahun lalu. Sudah seharusnya kita mengqadha puasa sesegera mungkin sebelum datang Ramadhan berikutnya. Namun kalau seseorang mempunyai kesibukan atau halangan tertentu untuk mengqadhanya seperti seorang ibu yang sibuk menyusui anaknya, maka hendaklah ia menuntaskan hutang puasa tahun lalu pada bulan Sya'ban.

Sebagaimana Aisyah r.a tidak bisa mengqadha puasanya kecuali pada bulan Sya'ban. Menunda qadha puasa dengan sengaja tanpa ada uzur syar'i sampai masuk Ramadhan berikutnya adalah dosa, maka kewajibannya adalah tetap mengqadha, dan ditambah kewajiban membayar fidyah menurut sebagaian ulama.

Ketiga, persiapan keilmuan (memahami fikih puasa). Mu'adz bin Jabal r.a berkata: "Hendaklah kalian memperhatikan ilmu, karena mencari ilmu karena Allah adalah ibadah." Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah mengomentari atsar di atas, "orang yang berilmu mengetahui tingkatan-tingkatan ibadah, perusak-persak amal, dan hal-hal yang menyempurnakannya dan apa-apa yang menguranginya."

Oleh karena itu, suatu amal perbuatan tanpa dilandasi ilmu, maka kerusakannya lebih banyak daripada kebaikannya. Maka dalam hal ini, hanya dengan ilmu kita dapat mengethaui cara berpuasa yang benar sesuai dengan petunjuk Rasulullah saw. begitu juga ilmu sangat diperlukan dalam melaksanakan ibadah lainnya seperti wudhu, shalat, haji dan sebagainya. Maka, menjelang Ramadhan ini sudah sepatutnya kita untuk membaca buku fiqhus shiyam (fikih puasa) dan ibadah lain yang berkaitan dengan Ramadhan seperti shalat tarawih, i'tikaf dan membaca al-Quran.

Keempat, persiapan jiwa dan spiritual. Persiapan yang dimaksud di sini adalah mempersiapkan diri lahir dan batin untuk melaksanakan ibadah puasa dan ibadah-ibadah agung lainnya di bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya, yaitu dengan hati yang ikhlas dan praktek ibadah yang sesuai dengan petunjuk dan sunnah Rasulullah saw.

Persiapan jiwa dan spiritual merupakan hal yang penting uintuk diperhatikan dalam upaya untuk memetik manfaat sepenuhnya dari ibadah puasa. Penyucian jiwa (Tazkiyatun nafs) dengan berbagai amal ibadah dapat melahirkan keikhlasan, kesabaran, ketawakkalan, dan amalan-amalan hati lainnya yang akan menuntun seseorang kepada jenjang ibadah yang berkualitas. Salah satu cara untuk mempersiapkan jiwa dan spiritual untuk menyambut Ramadhan adalah dengan jalan melatih dan memperbanyak ibadah di bulan sebelumnya, minimal di bulan Sya'ban ini seperti memperbanyak puasa sunnat.

Memperbanyak puasa pada bulan Sya'ban merupakan sunnah Rasulul saw. Aisyah ra, ia berkata, "Aku belum pernah melihat Nabi saw berpuasa sebulan penuh kecuali bulan Ramadhan, dan aku belum pernah melihat Nabi saw berpuasa sebanyak yang ia lakukan di bulan Sya'ban." (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam riwayat lain, dari Usamah bin Zaid r.a ia berkata, aku bertanya, "Wahai Rasulullah, aku belum pernah melihatmu berpuasa pada bulan-bulan lain yang sesering pada bulan Sya'ban." Beliau bersabda, "Itu adalah bulan yang diabaikan oleh orang-orang, yaitu antara bulan Ra'jab dengan Ramadhan. Padahal pada bulan itu amal-amal diangkat dan dihadapkan kepada Rabb semesta alam, maka aku ingin amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa." (HR. Nasa'i dan Abu Daud serta di shahihkan oleh Ibnu Khuzaimah).

Adapun pengkhususan puasa dan shalat sunat seperti shalat tasbih pada malam nisfu sya'ban (pertengahan Sya'ban) dengan menyangka bahwa ia memiliki keutamaan, maka hal itu tidak ada dalil shahih yang mensyariatkannya. Menurut para ulama besar, dalil yang dijadikan sandaran mengenai keutamaan nisfu Sya'ban adalah hadits dhaif (lemah) yang tidak bisa dijadikan hujjah dalam persoalan ibadah, bahkan maudhu' (palsu). Oleh sebab itu, Imam Ibnu Al-Jauzi memasukkan hadits-hadits mengenai keutamaan nishfu Sya'ban ke dalam kitabnya Al-Maudhu'at (hadits-hadits palsu).

Al-Mubarakfuri berkata, "Saya tidak mendapatkan hadits marfu; yang shahih tentang puasa pada pertengahan bulan Sya'ban. Adapun hadits keutamaan nisfu Sya'ban yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah saya telah mengetahui bahwa hadits ini adalah hadits sangat lemah." (Tuhfah Al-Ahwazi: 3/444).

Syaikh Shalih bin Fauzan berkata, "Adapun hadits-hadits yang terdapat dalam masalah ini, semuanya adalah hadits palsu sebagaimana dikemukakan oleh para ulama. Akan tetapi bagi orang yang memiliki kebiasaan berpuasa pada ayyamul bidh (tanggal 14, 15, 16), maka ia boleh melakukan puasa pada bulan Sya'ban seperti bulan-bulan lainnya tanpa mengkhususkan hari itu saja."

Syaikh Sayyid Sabiq berkata. "Mengkhususkan puasa pada hari nisfu Sya'ban dengan menyangka bahwa hari-hari tersebut memiliki keutamaan dari pada hari lainnya, tidak memiliki dalil yang shahih." (Fiqh As-Sunnah: 1/416).

Kelima, persiapan dana (finansial). Sebaliknya aktivitas ibadah di bulan Ramadhan harus lebih mewarnai hari-hari ketimbang aktivitas mencari nafkah atau yang lainnya. Pada bulan ini setiap muslim dianjurkan memperbanyak amal shalih seperti infaq, shadaqah dan ifthar (memberi bukaan). Karena itu, sebaiknya dibuat sebuah agenda maliah (keuangan) yang mengalokasikan dana untuk shadaqah, infaq serta memberi ifthar selama bulan ini. Moment Ramadhan merupakan moment yang paling tepat dan utama untuk menyalurkan ibadah maliah kita. Ibnu Abbas r.a berkata, "Nabi saw adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan pada bulan Ramadhan." (HR. Bukhari dan Muslim). Termasuk dalam persiapan maliah adalah mempersiapkan dana agar dapat beri'tilaf dengan tanpa memikirkan beban ekonomi untuk keluarga.

Keenam, persiapan fisik yaitu menjaga kesehatan. Persiapan fisik agar tetap sehat dan kuat di bulan ramadhan sangat penting. Kesehatan merupakan modal utama dalam beribadah. Orang yang sehat dapat melakukan ibadah dengan baik. Namun sebaliknya bila seseorang sakit, maka ibadahnya terganggu. Rasul saw bersabda, "Pergunakanlah kesempatan yang lima sebelum datang yang lima, masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang kematianmu." (HR. Al-Hakim) Maka, untuk menyambut Ramadhan kita harus menjaga kesehatan dan stamina dengan cara menjaga pola makan yang sehat dan bergizi, dan istirahat cukup.

Ketujuh, menyelenggarakan tarhib Ramadhan. Di samping persiapan secara individual, kita juga hendaknya melakukan persiapan secara kolektif, seperti melakukan tarhib Ramadhan yaitu mengumpulkan kaum muslimin di masjid atau di tempat lain untuk diberi pengarahan mengenai puasa Ramadhan, adab-adab, syarat dan rukunnya, hal-hal yang membatalkannya atau amal ibadah lainnya.

Menjelang bulan Ramadhan tiba, rasul saw memberikan pengarahan mengenai puasa kepada para sahabat. Beliau juga memberi kabar gembira akan kedatangan bulan Ramadhan dengan menjelaskan berbagai keutamaannya. Abu Hurairah ra berkata, "menjelang kedatngan bulan Ramadhan, Rasulullah saw bersabda, "telah datang kepada kamu syahrun mubarak (bulan yang diberkahi). Diwajibkan kamu berpuasa padanya. Pada bulan tersebut pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, syaithan-syaithan dibelenggu. Padanya juga terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang terhalang kebaikan pada malam itu, maka ia telah terhalang dari kebaikan tersebut." (HR. Ahmad, An-Nasa'i dan Al-Baihaqi). Selain itu, banyak lagi hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan Ramadhan. hal ini dilakukan oleh Rasulullah saw untuk memberi motivasi dan semangat kepada para sahabat dan umat Islam setelah mereka dalam beribadah di bulan Ramadhan.

Akhirnya, penulis mengajak seluruh umat Islam khususnya di Aceh untuk menyambut bulan Ramadhan yang sudah di ambang pintu ini dengan gembira dan mempersiapkan diri untuk beribadah dengan optimal. Selain itu kita berharap kepada Allah swt agar ibadah kita diterima, tentu dengan ikhlas dan sesuai Sunnah Rasul saw. Semoga kita dipertemukan dengan Ramadhan dan dapat meraih berbagai keutamaannya.*

Penulis adalah ketua Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Aceh & kandidat Doktor ushul Fiqh, International islamic University Malaysia (IIUM)